SBY memang bukan Presiden terhebat Indonesia, setidaknya terlalu dini
untuk menyebut demikian. Tapi mengatakan bahwa Soeharto lebih baik
daripada SBY adalah pernyataan yang mengada ada. Saya akan coba jabarkan
mengapa
Alasan utama, Soeharto katanya lebih baik adalah
- Ekonomi
- Stabilitas dan keamanan
- Pembangunan
- Minim korupsi
Mari kita telaah satu persatu..
EKONOMI.
Betulkah era Soeharto lebih baik daripada SBY? Tolok ukurnya apa?
Harga yang lebih murah? Kenaikan harga, sesungguhnya adalah efek dari
pertumbuhan ekonomi. Kalau anda lihat Jepang, harga di sana tidak naik
naik sejak lama. Tapi itu juga karena ekonomi Jepang sejak lama
berantakan. Pertumbuhan ekonominya minus. Saya bukan ekonom sehingga
tidak bisa menjelaskan mengapa, namun fakta tadi dengan mudah anda bisa
temukan apabila anda rajin baca baca majalah luar atau situs berita dari
luar negri.
Kenyataan bahwa harga harga naik, sesungguhnya diikuti oleh daya beli
masyarakat yang juga meningkat. Tidakkah anda memperhatikan pertumbuhan
kota kota di Indonesia? Ataukah anda berkesimpulan tanpa benar benar
melihat kenyataan di lapangan. Saya sejak 2004 sudah mulai berkeliling
Indonesia dari kota ke kota dan pertumbuhan kota di Indonesia begitu
luar biasa. Kehidupannya melaju dan roda perekonomiannya berputar
kencang. Terlihat dari aktifitas masyarakatnya.
Saya sebenarnya juga enggan untuk mengakui ini mengingat saya sangat
keras mengritik SBY, tapi kenyataannya dalam 2 kali periode
kepemimpinannya, secara makro ekonomi kita bukan hanya membaik tapi
menguat.
Banyak yang bilang, terakhir kali ekonomi Indonesia tumbuh 7% adalah
pada era Soeharto, dan itu memang benar. Tidak ada lagi Presiden yang
bisa mencapai seperti itu hingga hari ini, tapi 97 kita mulai merasakan
krisis ekonomi gila gilaan dan 98 ketika akhirnya krisis ekonomi
tersebut mulai mencekik kelas menengah Indonesia, maka desakan agar
Soeharto turun semakin keras.
Para pendukungnya melihat keadaan sudah tidak memungkinkan, akhirnya lompat ke sekoci dan meninggalkan Soeharto.
Apa bedanya, krisis ekonomi global 1997 dan 2008 terhadap Indonesia?
Pada 97 kita roboh, pada 2008 kita bertahan bahkan, tumbuh!
Mengapa krisis ekonomi yang sama sama melanda dunia, berdampak beda
terhadap Indonesia? Karena tim ekonomi kedua pemerintahan beda
kualitasnya. Yang satu masih jadi kantong partai, yang satu lagi
professional non partai.
Yang satu membuai rakyat dengan kemakmuran semu sementara tim ekonomi
di 2008 berhasil membuat perekonomian Indonesia kuat karena dirinya
sendiri. Bukan karena aliran uang dari luar. Konsumsi dalam negeri
Indonesia tinggi sehingga tidak terpengaruh banyak terhadap krisis luar.
Justru ini juga yang menjadi Indonesia daya tarik bagi Negara Negara
lain.. “Indonesians are still buying? At this time? Well, since we cant
sell these to our people, might as well sell these to the Indonesians”
Dan itulah bagaimana Indonesia pada akhirnya jadi pasar bagi luar
negri. Sah sah aja bagi mereka, ini perdagangan. Kuncinya ada di tangan
pemerintah untuk menggenjot produksinya Indonesia juga. Melindungi
pedagang pedagang Indonesia dari hajaran produk impor.
Sesuatu yang masih jadi Peer bagi pemerintahan SBY
Tapi secara keseluruhan, mengatakan SBY lebih buruk dari Soeharto secara ekonomi, adalah pernyataan yang nyasar.
STABILITAS DAN KEAMANAN
Katanya di era Soeharto semuanya lebih stabil, lebih aman, tidak ada
terorisme, tidak ada pemboman, tidak ada gangguan terhadap keamanan.
Ya jelas.
Ibaratnya, kalau para penjahat jadi penguasa sebuah daratan dan
menjadikannya rumah, maka daratan itu akan tentram . Kalau daratan itu
direbut kembali oleh para jagoan, maka penjahat akan lakukan segala
macam hal untuk merebut kembali. Termasuk, dengan serangan serangan.
Ketika Soeharto memegang Indonesia, tidak ada yang bisa melawan.
Media semuanya dibawah sensor Mentri Penerangan dengan kalimat saktinya
“Atas instruksi bapak Presiden”. Kalau ada media yang membandel,
dibredel dan ditutup. Siapapun yang berani menentang, dihilangkan,
kemungkinan besar dibunuh.
Ini bukan keamanan, ini pengekangan.
Ini pembungkaman.
Musti diingat, karena ini sejarah dan buku pelajaran sejarah jaman
sekarang tidak mengajarkan ini, bahwa ketika bulan Mei 98 BBM dinaikkan,
lalu protes bermunculan oleh para mahasiswa, tanggal 12 mei atas nama
stabilitas dan keamanan, peluru membunuh 4 aktivis Trisakti. Peluru
tajam. Peluru tajam aparat kita sendiri, menembus tubuh rakyat kita
sendiri.
Bisa keluar dari markas mereka membawa peluru tajam untuk menghadapi
mahasiswa Indonesia saja sudah patut untuk dipertanyakan. Ini mahasiswa
Indonesia. Bukan tentara Belanda yang ga bisa move on dan pengen
menjajah kita kembali. Ini rakyat Indonesia. Ini rakyatnya Soeharto.
Setelah itu selama 3 hari berturut turut dari 13 sampai 15 mei,
kerusuhan terbesar yang jadi bagian tergelap dari Indonesia pecah.
Pemerkosaan. Pembunuhan. Penjarahan. Pembakaran.
Ini stabilitas yang dipuja puji tersebut?
Belum lagi nama nama aktivis yang hilang pada masa tersebut dan tidak
pernah kembali, bagaimana nasib orang tua mereka? Istri dan anak
mereka? Untuk setiap orang yang bilang bahwa Indonesia lebih enak di era
Soeharto, beranikah mereka berkata demikian di hadapan seorang Ibu yang
tubuhnya lemas, kuyu tapi matanya masih tajam membara menuntut
kejelasan dan keadilan karena anaknya hilang?
Di era SBY, kebebasan berpendapat memang membawa bingkisan bau amis.
More freedom sometimes means more problems. But as you grow, you realize
that the more problems we face AND dealt with, the more we grow better
as a person
Kuncinya memang, menyikapi kebebasan dengan kedewasaan dan
kecerdasan. Bukan hidup dalam kekangan sangkar emas bertuliskan “BEBAS”
dari untaian berlian.
PEMBANGUNAN
Soeharto disebut “Bapak Pembangunan”. Katanya tidak ada orang lebih hebat dari Soeharto soal pembangunan.
Menurut saya, siapapun Presidennya, kalau punya waktu 32 tahun untuk
menjabat ya pasti bisa melakukan pembangunan yang signifikan.
Lagi pula pertanyaannya, dalam 32 tahun pemerintahan Soeharto, memangnya yang dibangun Indonesia atau Jawa?
Bukankah pasca era Soeharto yang disayangkan semua orang adalah
pembangunan yang tidak merata dan sentralistik. Makanya Jakarta jadi
kota tujuan semua orang dari seluruh pelosok Indonesia.
Ini kan sebuah permasalahan yang mudah untuk dipahami: Why does
everybody goes to Jakarta? Because that’s where the money is. In other
words, there are no money in other places in Indonesia.
Lagipula, bicara pembangunan infrastrukut, yang merasakan jembatan
layang, jalan tol, sekolah sekolah bagus, fasilitas kesehatan yang
mumpuni, dll kan Jakarta. Bukan kota lain
Sekarang justru kota kota seperti Semarang, Solo, Palembang, Medan,
Makassar, Pekanbaru, Padang, termasuk Bandung dan Surabaya yang dari
dulu sudah dianggap maju, dan masih banyak lagi kota kota lain di
Indonesia, mengalami pertumbuhan infrastruktur yang hebat
Lagipula, mengatakan Soeharto adalah bapak pembangunan, memberi kesan
lupa bahwa 30% dana pembangunan Republik Indonesia selama 32 tahun
Soeharto memimpin, menghilang ditelan Soeharto dan kroninya total
sebesar
350 Triliun dari APBN
Ini bukan hanya fakta yang ditemukan oleh kita sendiri di Indonesia, fakta ini ditemukan oleh Transparency International,
majalah TIME asia, dan masih banyak lagi. TIME asia bahkan sampai dituntut oleh keluarga Soeharto yang berakhir pada kekalahan keluarga Soeharto
Dalam konteks pembangunan, Soeharto inc (julukan majalah TIME asia
untuk Soeharto dan kroninya) menguasai property seluas 3.6 juta hektar.
Tahu ga itu sebesar apa? Itu sebesar Negara Belgia -_-*
MINIM KORUPSI
Sebenarnya tidak perlu dijelaskan lagi setelah keterangan di atas,
tapi untuk menambah warna pada bagian ini, saya mau mengingatkan mengapa
hari ini korupsi kesannya merebak dan dulu tidak.
Perhatikan baik baik: Bedakan antara tidak ada korupsi, dan korupsi tidak pernah diberitakan.
Tidak ada berita tentang korupsi, bukan berarti tidak ada korupsi.
Seperti yang tertulis di atas tadi, jaman dulu pemberitaan dikontrol
rezim Soeharto. Kalau ada yang memberitakan, dibubarkan.
Hari ini, justru kita harusnya bahagia dengan adanya segala
pemberitaan korupsi di media. Karena itu berarti, korupsinya ketauan dan
diproses. Tentu prosesnya tidak sempurna, karena tidak mudah membongkar
dan menghilangkan kebiasaan yang sudah dibenarkan selama 32 thn oleh
Soeharto
Korupsi sudah jadi kebiasaan dan dianggap benar. Orang jaman skarang
susah untuk terima bahwa “mark up” adalah korupsi. Kenyataannya ya
memang mark-up itu korupsi. Supaya gampang memahami mark up adalah
korupsi, tanyakan saja diri anda sendiri: Ketika anda me-mark-up
sesuatu, orang lain tahu tidak? Atau klien anda tahu tidak? Kalau anda
diam diam melakukannya, maka ada unsur pembohongan disitu.
Perlawanan terhadap korupsi jadi perjuangan bersama, karena prakteknya sampai kepada sekitar kita.
Sepanjang tulisan ini, jelas bahwa merasa era SBY lebih buruk dari
era Soeharto adalah benar benar kesalah pahaman yang cenderung aneh.
Belum tentu prestasi SBY tentunya, tapi yang pasti ERAnya SBY lebih
baik. SAya rasa era ini hasil kerja sama rakyat Indonesia yang
memperjuangkan kebaikan untuk Indonesia, di bawah kepemimpinan SBY
Lets be real here.
Masak iya SBY lebih buruk daripada Soeharto? Dosanya SBY adalah:
Cemen. Tidak bisa tegas menindak dosa dosa orang lain yg merusak
Indonesia. Diam di saat banyak gangguan terhadap kebhinnekaan,
gangguan dalam bentuk korupsi (termasuk di bawah hidungnya sendiri)
Sementara, dosanya Soeharto adalah:
Dia pelaku dosanya. Bersama kroninya, hingga kini telah menghilangkan 350 triliun uang rakyat dan tidak pernah kembali
TAPI
Menutup tulisan ini, saya mau mengumumkan bahwa Soeharto menang atas SBY dalam 2 hal:
- Senyum. Soeharto senyum mulu kerjaannya (then again, joker laugh all the time too) sementara SBY mukanya selalu manyun.
- Hobi. Soeharto, hobinya adalah main burung perkutut dan menyalakan
mesin koleksi Harley-nya (hasil gratifikasi tentunya) tapi hanya
didengarkan suaranya. Kadang sesekali keliling rumahnya, dibonceng.
Sementara SBY hobinya bikin album. Sampe 4 album pula -_-* Di sini
Soeharto menang, hobinya Soeharto rada membumi, sementara hobinya SBY
rada membieber.
SUMBER:
Blog Pandji